RSS

Tag Archives: travelling

Perjalanan 25 Hari ke Eropa

IMG_2388

Travelling ke Eropa adalah hal yang banyak diidamkan orang termasuk saya. Rencana ini sudah ada beberapa tahun sebelumnya dan baru terealisasi Tahun 2010. Untungnya pengalaman selama perjalanan ini selalu saya tulis di buku catatan kecil saya, jadi memudahkan saya untuk menulis blog ini.

Jadwal Perjalanan : 1 – 26 Maret 2010

Berangkat dari Indonesia tanggal 1 Maret 2010 dan pulang dari Belanda tanggal 26 Maret 2010. Travelling bersama seorang teman, jadi semua persiapan dilakukan sendiri. Tiket pesawat sudah saya beli jauh-jauh hari dari bulan September 2009 karena saat itu KLM sedang promo. Rute KLM Jakarta-Kuala Lumpur-Amsterdam, karena saya tinggal di Medan maka tiket pulang pergi yang saya ambil Kuala Lumpur-Amsterdam yang harganya tidak sampai Rp 7 Juta.

PERSIAPAN RENCANA PERJALANAN

Tiket pp pesawat yang dibeli secara online sudah di tangan, persiapan untuk rencana perjalanan dan yang berkaitan dengan visa masih lama karena paling cepat permohonan visa dilakukan 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Saking santainya tidak sadar sudah bulan Desember 2009 padahal target untuk mengajukan visa bulan Januari 2010. Alhasil semua persiapan baik negara maupun kota tujuan, booking penginapan, booking kereta antar negara dan tempat-tempat yang akan dikunjungi dikebut selama akhir bulan Desember.

Untuk perjalanan kereta antar negara masih mempertimbangkan apakah harus beli single ticket untuk masing-masing perjalanan atau membeli Eurail Pass. Untuk Eurail saya menghubungi travel yang menjual pass ini di Jakarta dan mereka mengirimi saya jadwal Eurail tahun 2010. Terima kasih untuk si Mas yang baik hati mengirimkan jadwal walaupun akhirnya saya tidak jadi membeli Eurail Pass. Namun jadwal yang dikirim sangat membantu untuk cek jadwal dan nama kereta.

Setelah pencarian yang sangat padat akhirnya diputuskan:

Rute Perjalanan :

Medan – KL – Amsterdam – Brussel – Paris – Madrid – Roma – Florence – Venesia –  Munich – Amsterdam – KL – Medan

Persiapan :

  1. Tiket Pesawat pp (KLM)
  2. Bookingan Hostel/penginapan
    Booking di http://www.hostelworld.com, http://www.hostelbookers.com dan http://www.booking.com
  3. Paspor + Visa Schengen
    Untuk pengurusan Visa ini saya punya pengalaman yang lumayan membuat stress, ditolak oleh Kedutaan Belanda (karena bookingan hotel saya lebih banyak di negara lain) dan akhirnya setelah berpacu dengan waktu yang sempit mendapat visa dari Kedutaan Perancis.
    Syarat-syarat urus visa ada di web kedutaan seperti : Tiket pp, pas photo, fotocopy KTP, Fotocopy kartu keluarga, foto copy halaman data pribadi dari paspor yang berlaku dan paspor lama, bookingan penginapan, focopy Asuransi Perjalanan dan aslinya ditunjukan pada saat pengajuan visa, Surat Referensi Bank dan Surat Rekomendasi dari tempat bekerja.
  4. Bookingan tiket kereta malam Paris-Madrid dan Munich-Amsterdam.
    Cara pembelian tiket online sumbernya dari http://www.seat61.com
  5. Tiket pesawat Madrid-Roma, beli online dari http://www.easyjet.com/en
  6. Rencana perjalanan yang telah disusun
  7. Asuransi Perjalanan
  8. Uang Euro
    Saya menyiapkan rata-rata Rp 1 juta per hari yang saya tukar sewaktu di Indonesia.
  9. Baju, jaket, sepatu dan keperluan lain-lain termasuk obat-obatan atau vitamin.

 

Senin, 01 Maret 2010 MENUJU AMSTERDAM 

Jadwal pesawat KLM berangkat dari bandara KLIA Kuala Lumpur menuju Schipol Amsterdam jam 24.00. Teman saya berangkat dari Jakarta dengan pesawat KLM yang sama, setelah menurunkan penumpang tujuan KL maka semua penumpang tujuan Amsterdam bersiap boarding. Lama perjalanan 13 jam.

AMSTERDAM

Pesawat mendarat di Schipol jam 05.42 pagi waktu setempat. Keluar pesawat menuju jalur imigrasi, petugas menanyakan bukti tiket pulang, punya uang berapa. Petugas imigrasi Schipol menurut saya ramah mereka malah menyapa slamat pagi dalam bahasa Indonesia :). Setelah teman saya ditanyain dan dicap paspornya, pas giliran saya tidak ditanyain lagi karena kami berdua memang satu perjalanan.

Bandara Schipol terkoneksi dengan kereta ke tujuan manapun. Tujuan kami adalah Stasiun Amsterdam Centraal, karena penginapan yang saya pilih sengaja dekat stasiun kereta supaya tidak repot naik transportasi lagi. Beli tiket dari ticket office dengan harga per tiket €4.5, kereta dari platform 3. Di setiap platform terdapat board tujuan dari kereta yang akan lewat. Schipol menuju Amsterdam Centraal memakan waktu 30 menit. Sampai di Centraal tidak langsung ke hostel tapi beli tiket kereta dulu tujuan Brussel untuk perjalanan esok harinya. Harga per tiket  €39.7 (tiket kereta Belanda harganya tetap sama walaupun beli jauh-jauh hari atau menjelang berangkat), tiket ini open untuk setiap jadwal waktu kereta selama satu hari sesuai tanggal perjalanan yang tertera di tiket.

Keluar dari Amsterdam Centraal, yang kelihatan langsung deretan Tram. Sesuai petunjuk bookingan hostel, kami harus menyeberang jalan namun sering sekali peta petunjuk hostel yang kita bawa beda dengan kondisi realnya akhirnya kami nanya arah ke salah seorang cewek Belanda yang sedang lewat. Letak nama jalan di Belanda dan Eropa pada umumnya di tempel di dinding gedung, tidak seperti di negara asia yang petunjuk nama jalan dipasang di tiang di jalan. Udara semakin terasa dingin menusuk bagaikan es walaupun sudah pakai jaket, topi dan sarung tangan, info dari si Mas petugas hostel temperatur saat itu 8°C. Akhirnya setelah berjalan kira-kira 15 menit, sampai juga di Hostel Shelter City. Karena kamar masih kosong dan bersih kami sudah bisa  masuk walaupun check in seharusnya mulai jam 12.00. Kami masuk kamar female dorm dengan tempat tidur bertingkat. Ada juga locker untuk penyimpanan tas dan barang-barang berharga, untuk mendapatkan kunci locker kami harus memberikan jaminan €10.

Jalan-Jalan di Kota Amsterdam

Bangunan di Amsterdam sangat rapi tersusun dengan bentuk agak mirip satu sama lainnya seperti terbuat dari bata. Pemandangan rumah di sekitar kanal menakjubkan, akhirnya pemandangan yang sebelumnya hanya bisa dilihat dari foto, saat itu bisa langsung saya lihat sendiri. Sambil jalan kami mampir beli hamburger dan air mineral. Di sini harga sebotol air mineral 600 ml €2 (mahal banget ya). Kami duduk dan makan di Dam Square, di sini terdapat Grand Palace tapi sayang sedang direnovasi, ada juga gedung Madame Tussaud, kami hanya berfoto saja di depannya. Dam Square ini banyak dikunjungi orang dan pemandangan yang menarik lagi banyak burung merpati yang bebas berkeliaran di area itu.

IMG_1909

Setelah berjalan-jalan sekitar kanal dan sekitar museum Anne Frank, kami memutuskan mengunjungi Rijkmuseum. Dalam perjalanan ke sana kami melewati Leidsplein, banyak orang-orang berkeliaran di sekitar area itu dan kebanyakan adalah turis baik datang dengan berjalan kaki, naik tram atau sepeda. Kebanyakan orang di Amsterdam naik sepeda, bahkan sepedanya didesain bisa mengangkut barang. Orang Amsterdam (atau orang Belanda umumnya) masih terlihat ramah dibandingkan orang eropa lainnya apalagi kalau bertemu dengan orang Asia seperti kita mereka cenderung senyum.

IMG_1939

Di Leidsplein kami mampir di FEBO beli kentang dan ayam goreng dan si bapak penjual ngasih kita sambal sachet, sadar kalo kita orang Asia/Indonesia suka sambal :). Toko ini sangat terkenal di Belanda dan di kalangan turis. Di FEBO makanan seperti risol dan lain-lain dimasukkan dalam rak-rak transparan, pembeli tinggal memasukkan koin ke kotak makanan yang kita inginkan. Koin sen bisa ditukar di mesin penukar yang sudah disediakan.

Sampai di Rijkmuseum, lagi-lagi masih direnovasi tetapi masih bisa dikunjungi. Tiket masuk €12.5 per orang. Dilarang mengambil foto lukisan. Di Rijkmuseum kebanyakan lukisan Rembrandt bersama murid-muridnya dan yang menjadi masterpiece adalah lukisan “Nightwatch” yang sangat menakjubkan. Ukuran lukisan ini sangat besar ditempel di dinding mungkin 4×4 meter. Lukisan Rembrandt mempunyai kekhasan yaitu objek yang menjadi fokus lukisan akan dilukis seperti ada cahaya yang menyorot objek tersebut sedangkan objek lainnya agak gelap.

BRUSSELS

Esok harinya setelah sarapan toast with ham and egg cheese di hostel, check out dan menuju Amsterdam Centraal. Sambil menunggu kereta jam 10.54, beli pasta dulu di toko Julia buat bekal. Kereta sudah datang, awalnya kami bingung harus duduk di kursi nomor berapa, ternyata bebas ambil tempat duduk yang penting kelasnya harus sesuai dengan tiket.

IMG_1947

Sampai di stasiun Brussels-Midi/Zuid, kami beli tiket kereta cepat Thalys jurusan Brussels – Paris dulu untuk tanggal 5 Maret 2010 jam 10.16, harga tiket €64 / orang. Habis beli tiket langsung cari arah ke Metro/subway menuju penginapan. Setelah nanya ke seorang lelaki kulit hitam disitu dengan bahasa Inggris, dia malah ngasih petunjuk dengan bahasa Perancis, untung masih ngerti satu dua kata.  Sampai di Metro bingung lagi cari mesin/kantor tiket, setelah nanya wanita Belgia, dia nunjukin dan langsung pergi mungkin terburu-buru (sori madam..). Tiket metro ke Stasiun Simonis (Leopold II) €1.7 / orang. Turun di stasiun Simonis dan ambil Exit Jette, kelihatan bangunan besar warna putih pabrik coklat GODIVA. Di petunjuk bookingan hostel disebutkan kalo letak hostel di sebelah kanan gedung Godiva. Seorang bapak cleaning service dekat stasiun langsung menunjuk hostel tersebut padahal belum kami tanya, mungkin kelihatan banget tampang backpacker :). Asyiknya di Hostel Hello ini ada guest kitchen, bisa masak sepuasnya dengan bahan yang telah disediakan hostel.

Jalan-jalan sekitar Kota Brussels
(4 Maret 2010)

Dari penginapan naik metro ke Centrale, jalan-jalan di sekitar kota, memasuki Cathedralis SS Michaelis et Gudulae yang indah. Kekhasan Katedral ini pada lukisan kaca jendela. Didalam gereja ada kotak otomatis penjualan Koin Heritage Belgia dengan gambar negara Belgia dan Katedral harganya €2, cocok sebagai kenang-kenangan.

IMG_1959

Jalan terus melewati Grand Place dan kota hingga singgah sebentar di toko coklat Godiva dan Nehaus. Belgia terkenal dengan coklatnya, kedua merk ini lebih mahal dibanding merk coklat lain, perbedaan harga sampai dua kali lipat. Beli sedikit untuk memuaskan rasa penasaran. Lanjut melewati beberapa gereja hingga menemukan Maneken Pis – patung anak kecil yang lagi pipis. Surprise juga, ternyata ukuran patung kecil dan letaknya di sudut jalan. Di sekitar patung ini banyak pengunjung dan penjaja coklat termasuk Godiva dan Nehaus, toko makanan waffle khas Belgia dan penjual souvenir Maneken Pis.

Artaulina's - Grand Place

Artaulina's - Maneken Pis

Maneken Pis

Artaulina's - Brussels

Makan siang di Rue Averde ada restoran Vietnam, lumayan bisa makan nasi goreng dan numpang toilet. Lanjut ke Gereja Saint Chaterine, gereja ini sudah tua, di depan gereja terdapat banyak tempat duduk, lumayan bisa duduk sambil berjemur. Supaya lebih enjoy, biasanya kami tidak melihat peta, ketemu pertokoan langsung masuk untuk menghangatkan badan. Sebelum pulang ke hostel mampir dulu di toko Thailand, beli bumbu Indonesia dan indomie, jadilah masak mie untuk malam ini. Enaknya di hostel ini, masak, makan, internetan sangat bebas.

PARIS
(5 Maret 2010)

Naik kereta cepat Thalys ke Paris, sampai jam 12.00 di stasiun La Gare du Nord. Mau keluar stasiun udah didekati beberapa orang ibu-ibu imigran peminta-minta. Makan siang pizza di restoran dekat stasiun. Dengan mengikuti petunjuk booking hostel di Rue Dunkerque, beberapa kali kami salah mengikuti petunjuk, ternyata hostel masih lumayan jauh dari La Gare du Nord. Waktu Check-in jam 16.00, kami tiba jam 14.00, belum bisa check-in jadi koper dimasukkan ke left luggage hostel dulu.

Tempat pertama yang dikunjungi Basilica Sacre Couer yang letaknya tidak terlalu jauh dari hostel. DI sekitar basilica ini banyak orang Afrika menawarkan membuat gelan dari benang khas mereka yang ujung-ujungnya mereka minta duit. Kami kemudian ambil jalan ke arah Moulin Rouge de Ligatte, agak bingung juga melihat peta (oh ya biasanya hostel memberikan peta kota gratis) karena tidak semua jalan tertulis. Akhirnya setelah mengikuti rombongan turis Jepang, sampai juga di sana secara tak sengaja.

Artaulina's - Sacre Couer

Sacre Couer – Paris

Setelah foto-foto sebentar perjalanan dilanjutkan ke Arc de Triomphe dengan naik metro dan turun di stasiun Charles de Gaulle Etoile. Hari makin sore dan udara semakin dingin, sehabis berfoto dan menikmati pemandangan Arc de Triomphe, kami naik metro lagi menuju Menara Eiffel. Ketika matahari sudah terbenam/gelap, lampu berkelip-kelip di menara eiffel dinyalakan kira-kira 10 menit…indah banget.

Artaulina's - Arc de Triomphe

Arc de Triomphe

Artaulina's - La tour Eiffel

La tour Eiffel –  Artaulina’s blog

Hari kedua di Paris (6 Mar 2010)

Tujuan berikutnya Gereja Notredame, suhu udara Paris pada pagi saat itu terasa sangat dingin. Keluar dari metro, kami melewati jembatan yang berada di atas sungai Seine. Pemandangan gedung di kiri kanan sungai Seine sangat indah. Setelah berjalan-jalan di sekitar sungai, akhirnya sampai di Notredame. Gereja ini sangat terkenal, bahkan awalnya saya dengar nama ini sewaktu melihat film kartun The Hunchback of Notredame :).

Sungai Seine, Paris

Pemandangan sekitar Sungai Seine

Gereja Notredame

Gereja Notredame

Sisi kiri Gereja Notredame

Sisi kiri Gereja Notredame

Walaupun udara cerah tapi suhu sangat dingin, masih di bawah 10 derajat C. Untuk menghangatkan badan sekalian cuci mata lihat barang-barang bermerk, sisa hari itu dihabiskan di Galleries Lafayette – mall terbesar dan terkenal di Paris.

IMG_2259

Hari ketiga di Paris ( Minggu, 7 Mar 2010)

Hampir semua hostel yang ada di Eropa mewajibkan tamu harus check-out paling lambat jam 10 atau 11 pagi. Berhubung tiket kereta ke Madrid adalah tiket dengan perjalanan malam hari, koper dan ransel kami titip dulu di free luggage hostel. Bertepatan hari minggu, kami bergegas naik metro menuju American Church di Quai d’Orsay. Entah kami kurang pintar baca peta atau petanya yang kurang jelas, setelah susah mencari dan telat 30 menit dari jadwal kebaktian (08:30 – 09:30), akhirnya ketemu juga gereja yang letaknya ternyata dekat pinggir sungai Seine .

Selesai kebaktian gereja, kami menuju ke arah Museum Louvre. Karena letaknya tidak terlalu jauh jadi diputuskan berjalan kaki saja sambil menikmati pemandangan kota sekitar sungai, taman dan patung-patung yang menakjubkan selama perjalanan menuju museum. Rasanya hampir semua sudut maupun bagian kota Paris indah dipandang.

IMG_2269

IMG_2282

Setiap hari minggu pertama setiap bulannya, tiket masuk ke Louvre gratis dan kesempatan ini langsung kami pergunakan sama halnya dengan pengunjung yang sudah memadati area Louvre dekat pintu masuk yaitu di bagian Piramida kaca maupun di taman Tuileries.

Gerbang menuju Taman Tuileries dan Museum Louvre

Gerbang menuju Taman Tuileries dan Museum Louvre

Obelix yang berada di tengah jalan dekat gerbang ke Taman Tuileries dan Museum Louvre, namanya Place de la Concorde dan disitu adalah lokasinya Raja Perancis Louis XVI dieksekusi guillotine tahun 1793.

Piramida Museum Louvre

Piramida Museum Louvre

Banyak karya seni yang bisa dilihat di museum ini (patung, lukisan, dll) dan tujuan utama adalah melihat lukisan yang sangat terkenal di dunia yaitu Monalisa (La Joconda) karya Leonardo Da Vinci. Sebenarnya lukisan ini tidak besar kira-kira 80cm x 50cm dan untuk pengamanan dibatasi dengan kaca dan pembatas kayu kira-kira berjarak 4 meter dari pengunjung yang memadati pemandangan senyumannya monalisa. Rasanya memang menakjubkan, seperti melihat orang hidup sedang tersenyum ke arah kita.

Monalisa

Monalisa

Monalisa dari jarak 2 meter

Monalisa dari jarak 4 meter

Kerumunan selalu terjadi di sekitar lukisan primadona Louvre

Kerumunan selalu terjadi di sekitar lukisan primadona Louvre

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah kelar mendapatkan foto monalisa dan berfoto sebentar di sekitar museum, waktunya meninggalkan museum dan makan siang dengan beli roti baguette isi daging di depan gerbang Louvre. Saya tidak bisa menjelaskan rasanya seperti apa, yang pasti saya hanya bisa makan setengah, yang penting perut terisi.

Lanjut naik metro ke arah Champ de Elysees. Bagi para turis, jalan-jalan di sepanjang Champ de Elysees biasanya wajib dilakukan tetapi untuk saat itu berhubung angin kencang dan sangat dingin, kami urungkan niat dan cepat-cepat lari lagi ke subway/metro dan pulang ke hostel. Setelah berinternet-ria sebentar, ambil koper dan tas dari luggage room, berjalan menuju stasiun Gare du Nord untuk naik metro ke Gare du Austerliz karena kereta malam menuju Spanyol ada di stasiun ini. Sebagai info, untuk kereta antar negara stasiun keberangkatan dari Paris beda-beda, seperti kalau ke utara (Belgia, Belanda) dari Gare du Nord , ke arah selatan (Spanyol) dari Gare du Austerliz, begitu juga ke Jerman berangkat dari stasiun yang berbeda. Oh ya “la gare” dalam bahasa perancis artinya “stasiun kereta”.

Nomor platform kereta malam Elipsos Trenhotel tujuan ke Madrid Jam 19.45  sudah muncul di monitor penunjuk jadwal-jadwal kereta, kamipun bergegas mencari platform dan naik kereta karena di dalam lebih hangat. Tempat duduk kami di gerbong kelas dua sisi kiri yang saling berhadapan dengan kursi lain, sedangkan di baris kanan hanya satu tempat duduk (seat 2-1). Kereta berangkat telat lebih dari 30 menit, tetapi sebelum kereta berangkat kami didatangi dua orang petugas dan menunjukkan badge polisi dan meminta kami menujukkan paspor, wah kaget rasanya jangan-jangan dikira pemberontak dari Basque (, soalnya tidak semua orang mereka periksa. Mereka sangat ketat pengamanannya di stasiun kereta, mungkin akibat dari pengeboman stasiun Madrid beberapa tahun lalu.  Harga tiket kereta €95/orang, padahal sebelumnya ada promo gerbong sleeper isi 4 orang kelas dua harganya hanya €73/orang tapi karena pikiran dan tenaga terkuras ngurus visa akhirnya promo melayang – telat.

MADRID

Tanggal 8 Maret 2010 kira-kira Jam 10 pagi , kereta Elipsos sampai di stasiun Madrid. Dengan udara yang masih sangat dingin, kami bergerak ke arah pintu keluar stasiun tetapi sebelum sampai ke ujung tangga untuk turun, udah ada lagi petugas/polisi dan meminta paspor kami untuk dicek. Mereka biasanya pakai bahasa spanyol tapi karna kedengaran “pasaporto” kami langsung mengerti. Orang spanyol jarang yang bisa bahasa Inggris bahkan petugas tiketnya pun nggak bisa dan ini diakui oleh temanku yang orang spanyol. Apartemen Inma – temanku orang spanyol adalah tujuan kami berikutnya, saya sudah berteman dengan dia melalui dunia maya selama 5 tahun dan inilah kesempatan kopi darat.

 

 

 

 
241 Comments

Posted by on April 24, 2013 in TRAVELLING

 

Tags: , , , ,

Jalan – Jalan ke India

Perjalanan ke India bulan Oktober Tahun 2010.

Bulan Oktober sangat cocok bepergian ke India karena musim moonson (hujan yang sering mengakibatkan banjir) sudah berlalu. Cuaca sangat mendukung bagi pengunjung dari negri tropis.

Travelling ke India ?  tak pernah terpikirkan, keinginan biasanya ingin pergi ke negara-negara maju seperti Eropa yang komplit dengan kemajuan teknologi, seni dan budaya tua yang sangat indah. Tapi berhubung “virus” AirAsia dengan promo penerbangan yang murah sudah menginfeksi…. sekalian ambil kesempatan ini menjelajah negrinya Amir Khan & Rani Mukherji yang cakep 🙂

Rute Perjalanan : Medan – Kuala Lumpur – Kolkata – Varanasi – Agra – New Delhi – Kuala Lumpur – Medan

Jadwal perjalanan : 17 – 26 Oktober 2010

Persiapan :

  1. Tiket Pesawat pp
  2. Bookingan Hotel/penginapan
    Booking di http://www.hostelworld.com dan http://www.hostelbookers.com
  3. Paspor + Visa
    Visa kami urus di konsulat India di Medan. Pagi hari berkas masuk, sorenya visa sudah keluar sekalian pembayaran. Syarat-syarat urus visa ada di web kedutaan India http://indianembassyjakarta.com/visa_types.html seperti : Tiket pp, fotocopy tabungan, bookingan penginapan, pas photo, fotocopy KTP dan Fotocopy kartu keluarga. Dua syarat terakhir ini tidak ada disebutkan di web tapi petugas di konsulat minta data tersebut
  4. Uang Rupee sulit ditemukan di Indonesia, lebih baik bawa mata uang asing seperti US$, ditukar di bandara kuala lumpur atau India secukupnya untuk bayar taxi/transportasi, selebihnya bisa tukar di money changer di kota atau tarik di ATM.
  5. Baju dan keperluan lain-lain

KOLKATA

Pesawat AirAsia mendarat di Netaji Subhash Chandra Bose International Airport, Kolkata jam 18.00 akibat delay dari KL setelah menempuh perjalanan selama 3 jam 50 menit. Bandaranya tidak terlalu besar, setelah urusan imigrasi selesai langsung menuju taxi kuning yang sudah ada di depan pintu keluar bandara. Taxi India sangat unik, model lama, bodi kecil dan tidak ber AC tapi yang penting sangat murah. Perjalanan dari bandara Kolkata ke kota tempat penginapan dengan durasi hampir 1 jam hanya Rs 200 atau sekitar Rp 40.000 (Kurs Rs 1  = Rp 200).

Tempat penginapan di Sunflower Guesthouse selama di Kolkata. Guesthouse ini bersih dan nyaman lengkap dengan AC dan TV yang semua channel isinya berita seputar India, sinetron India dan gosip selebiriti bollywood.

Sewaktu sampai di Kolkata adalah hari terakhir festival Dewi Durga (dewi yang banyak lengannya), perayaan ini khusus dirayakan oleh orang Bengal. Rani Mukherji adalah orang Bengal jadi dia termasuk ikut mudik untuk perayaan ini. Biasanya boneka-boneka (ogoh-ogoh) dewi Durga akan dilarung ke sungai.

Esok harinya perjalanan di Kolkata dimulai. Jalanan di kolkata tidaklah sesibuk yang dibayangkan. Trotoar sangat lebar, ini juga yang bikin orang India termasuk kami senang berjalan kaki disana, hal yang sangat sulit dilakukan di Medan atau Indonesia. Kami sempat bertanya-tanya orang India yang hampir 1 milyar pada kemana ? Sistem transportasi di sana ternyata sangat bagus dan lengkap dan hampir ada ke semua jurusan (bus besar dan kereta api merk Tata produksi dalam negri), mobil pribadi jarang dan yang ada umunya buatan Tata, pemerintah India benar-benar menyediakan sarana yang lengkap bagi warganya dengan harga yang sangat terjangkau. Komuter adalah hal yang umum di sana. Dan bukan hanya bus, bajaj dan kereta api ternyata tram juga ada di Kolkata. Yang tidak nyaman (mungkin hal yang umum di kebanyakan di negara berkembang) yang punya mobil atau kendaraan sepertinya lebih merajai jalanan, sibuk klakson supaya orang minggir 😦

Tempat yang pertama yang kami kunjungi Victoria Memorial Park. 
Masuk dengan membeli tiket. Harga tiket masuk orang asing berbeda dengan harga tiket untuk lokal (lebih dari 10x lipat)

Esok harinya ke tempat yang sangat dikenal dunia jika mendengar nama Kolkata yaitu  Missionaries of Charity Mother Theresa. Tempatnya sederhana agak masuk gang. Masuk tidak bayar alias gratis. Hanya

diperbolehkan masuk ke ruangan Mother Theresa’s Tomb dan ruangan tentang perjalanan hidup Mother Theresa dan pelayanannya di Kolkata, sedangkan kamar Mother Theresa yang kecil dan sederhana ditutup dengan pintu besi tapi bisa dilihat dari luar.

Selama disana selain berjalan kaki biasanya kami naik taxi dengan terlebih dulu menanyakan harga pada sang supir. Soal makanan umumnya restoran menyediakan Nasi Briyani, Tika Ayam atau daging kambing, roti, kari  dan makanan vegetarian dan tak lupa minuman khas India Chai – teh susu dan Lassi – sejenis youghurt buatan sendiri. Hanya satu aja yang kami nggak tahan, sanitasi disana sepertinya bermasalah, lebih baik cari toilet sewaktu makan di restoran atau pulang ke penginapan dulu. Toko buku yang terkenal Oxford Book Strore bisa ditemui baik di Kolkata maupun Delhi. Buku yang dijual berbahasa Inggris, kalau yang cetakan India biasanya lebih murah.

Tidak seperti Indonesia dimana-mana ada mall, di Kolkata kami hanya menemukan satu saja bahkan di New Delhi tidak bisa kami temukan. Di India untuk membeli segala sesuatu ada di pasar, mau beli bumbu makanan, teh (yang ini jadi oleh-oleh), kosmetik, baju hingga toko Levis ada di pasar mereka sepertinya pemerintahnya masih memprotek usaha-usaha kerakyatan. Tidak ada Circle-K atau Indomart yang ada hanya kios-kios kecil.

VARANASI

Sebelum berangkat ke India sudah booking/beli tiket Kereta api dari web http://www.

cleartrip.com/trains/ , untuk tiket Kolkata-Varanasi yang kami beli status tiket masih waiting list dan akan muncul chart-nya 2 jam sebelum keberangkatan kereta api. Seandainya tiket tersebut kita batalkan, cancellation fee nya sangat kecil.Dua (2) jam sebelum jadwal keberangkatan kereta kami cek via sms dan balasan sms isinya nomor kursi/tempat tidur tiket (perjalanan malam hari 13 jam 45 menit naik Doon Express) dan table ini ditempel juga di papan jadwal dekat jalur kereta tersebut.

                                                       Suasana dalam kereta,

Tiba di Varanasi Jam 10.20 pagi dan dan dijemput oleh pihak penginapan Ganpati Guesthouse karena perjalanan berikutnya menuju penginapan harus lewat gang sempit yang kemudian membuat kami shock melihat kondisi di sekitar gang. Gangnya sendiri becek bercampur dengan kotoran terutama sapi dan air seni. Penginapan letaknya di tepi sungai Gangga. Makan siang di guesthouse, jalan-jalan sebentar dan malam harinya ada upacara di tepi sungai gangga.

Besok pagi hari jam 6.00 menyusuri sungai gangga dengan perahu yang sudah disewa. Setiap pagi selalu ada ritual mandi. Sungai gangga warnanya keruh, kotor atau tidak bagi penganut hindu India sungai Gangga itu suci. Aktifitas seperti mandi, cuci baju, mandikan sapi adalah hal yang biasa dilakukan di sungan Gangga.

Pembakaran jenazah juga dilakukan di tepi sungai, sewaktu kami lewat sedang ada pembakaran jenazah, tidak diperkenankan memotret kegiatan ini.

Siang harinya saya memutuskan untuk tinggal di guesthouse saja. Temanku pergi jalan-jalan sekitar varanasi dan mengunjungi universitas di sana. Gedungnya sangat sederhana, begitulah India yang lebih penting bagi mereka adalah fungsinya, buku-buku disana mudah ditemukan dan murah, kami tidak kesulitan menemukan toko buku Osxford di Kolkata dan Delhi. Buku bahasa Inggris yang dicetak di India harganya murah.
Ada nggak ya papan informasi di kampus Indonesia seperti ini ya 🙂
Sederhana tapi informatif.
AGRA
Perjalanan selanjutnya ke tempat yang paling terkenal di India bahkan sudah menjadi ikon wisata dunia India yaitu Taj Mahal. Perjalanan kereta malam dari Varanasi ke Agra sekitar 10 Jam. Tiket yang kami beli via  internet yang ada tempat tidurnya. Kereta ini akan stop di beberapa stasiun, di satu stasiun perhentian tiba-tiba kami terbangun, gerbong kami atau tepatnya ‘kompartemen’ kami dimasuki bapak-bapak berseragam tentara dan beberapa berbaju katun putih. Waktu itu aku pikir mereka sedang mencari teroris atau penjahat. Yang berbaju seragam ada kira-kira 4 orang lengkap dengan senapan laras panjang, seorang bapak tua beruban berpakaian baju katun putih duduk persis di tempat tidur kosong satu-satunya di kompartemen kami, sementara temanku yang tidur di atas tempat tidur si bapak serius memperhatikan koper si bapak di buka yang isinya baju katun putih khas pakaian lelaki India (sangat sederhana). Kompartemen kami isinya 6 tempat tidur, penghuninya 3 cewek Indonesia, 2 cewek Jepang, 1 bapak India. Kompartemen kereta India tidak mempunyai pintu hanya ditutupi kain gorden saja. Kembali ke rasa penasaran siapa gerangan yang masuk ke dalam kereta membuat kehebohan kecil ini, rasa was-was tidur sepanjang malam masih ada di benak saya, 2 orang berpakaian seragam berdiri persis di samping tempat tidurku. Esok harinya menjelang stasiun Agra, baru kami tahu kalau si Bapak tua adalah anggota kongres partainya Sonya Gandhi…oohhhhhhh. Setelah dipikir-pikir salut juga kami melihat kesederhanaan mereka, naik transportasi umum di antara penumpang biasa (mungkin sudah sengaja dicari kompartemen yang isinya cewek dan turis demi keamanan).
Temanku yang tempat tidurnya di atas tempat tidur Bapak kongres kami ledekin ‘ hebat juga ya tidur di atas tempat tidur anggota kongres India heheheh’.

Sampai di stasiun Agra Cantt, naik taksi menuju penginapan di daerah Agra. Pemilik taksi menawarkan perjalanan untuk mengantar ke Fatehpur Sikri, kami setuju untuk dijemput siang harinya. Guesthouse Sidharta tempat kami menginap sangat dekat dengan komplek Taj Mahal, cukup hanya berjalan beberapa menit saja. Setelah urusan check ini, makan siang dan menyerahkan baju untuk laundry selesai, kami melanjutkan perjalanan ke Fatehpur Sikri, perjalanan lebih dari 1 Jam, dilanjutkan naik bajaj ke arah atas ditemani guide.
Tempat ini sebagai pusat kerajaan Raja Mughal (kakeknya Syah Jehan pendiri Taj Mahal).
Besok paginya beli tiket masuk ke Taj Mahal Rs 750 kira-kira Rp 150 ribu, mahal juga ya untuk sekedar tapi melihat bangunan yang isinya hanya makam saja, tetapi cerita di balik pembangunan ini yang berkesan.

Pemerintah India sadar betul akan pamor Taj Mahal ini di dunia apalagi semenjak masuk menjadi 7 Keajaiban dunia, orang datang ke India tanpa melihat Taj Mahal rasanya tidak sah. Satu hari bisa ribuan yang datang mengunjungi tempat ini.

Kira-kira 2 km dari Taj Mahal terdapat Agra Fort tempat pemerintahan para mughal.
Di luar Agra fort banyak anak-anak menawarkan jualan foto-foto postcard Agra fort, Taj Mahal dan wista lainnya di India harganya antara Rs 10 – Rs 20.
Pulang ke guesthouse untuk istirahat dan sambil menunggu laundry baju kami diambil, kami berbincang-bincang dengan sang manager guesthouse, dia berasal dari daerah pinggiran India dan sudah bekerja hampir 20 tahun. Karena teman saya pakai kerudung, dia bertanya apa sebutannya kerudung di negara kami. Dia menunjukkan kalung benang merah yang menunjukkan kalo dia Hindu. Menurut sang manager, cara berpakaian India yang benar itu seperti yang ditunjukkan Sonia Gandhi, kepala tetap ditutupi dengan sari. Dan diakhir perbincangan dia menyanyikan lagu India…heheheheheh, isi liriknya sangat menarik tentang cewek berkerudung yang duduk di antara banyak laki-laki dan diam-diam memperhatikan para lelaki dari balik kerudungnya…ada-ada aja ya.
 
56 Comments

Posted by on February 23, 2012 in TRAVELLING

 

Tags: , , ,