RSS

Monthly Archives: February 2012

Jalan – Jalan ke India

Perjalanan ke India bulan Oktober Tahun 2010.

Bulan Oktober sangat cocok bepergian ke India karena musim moonson (hujan yang sering mengakibatkan banjir) sudah berlalu. Cuaca sangat mendukung bagi pengunjung dari negri tropis.

Travelling ke India ?  tak pernah terpikirkan, keinginan biasanya ingin pergi ke negara-negara maju seperti Eropa yang komplit dengan kemajuan teknologi, seni dan budaya tua yang sangat indah. Tapi berhubung “virus” AirAsia dengan promo penerbangan yang murah sudah menginfeksi…. sekalian ambil kesempatan ini menjelajah negrinya Amir Khan & Rani Mukherji yang cakep 🙂

Rute Perjalanan : Medan – Kuala Lumpur – Kolkata – Varanasi – Agra – New Delhi – Kuala Lumpur – Medan

Jadwal perjalanan : 17 – 26 Oktober 2010

Persiapan :

  1. Tiket Pesawat pp
  2. Bookingan Hotel/penginapan
    Booking di http://www.hostelworld.com dan http://www.hostelbookers.com
  3. Paspor + Visa
    Visa kami urus di konsulat India di Medan. Pagi hari berkas masuk, sorenya visa sudah keluar sekalian pembayaran. Syarat-syarat urus visa ada di web kedutaan India http://indianembassyjakarta.com/visa_types.html seperti : Tiket pp, fotocopy tabungan, bookingan penginapan, pas photo, fotocopy KTP dan Fotocopy kartu keluarga. Dua syarat terakhir ini tidak ada disebutkan di web tapi petugas di konsulat minta data tersebut
  4. Uang Rupee sulit ditemukan di Indonesia, lebih baik bawa mata uang asing seperti US$, ditukar di bandara kuala lumpur atau India secukupnya untuk bayar taxi/transportasi, selebihnya bisa tukar di money changer di kota atau tarik di ATM.
  5. Baju dan keperluan lain-lain

KOLKATA

Pesawat AirAsia mendarat di Netaji Subhash Chandra Bose International Airport, Kolkata jam 18.00 akibat delay dari KL setelah menempuh perjalanan selama 3 jam 50 menit. Bandaranya tidak terlalu besar, setelah urusan imigrasi selesai langsung menuju taxi kuning yang sudah ada di depan pintu keluar bandara. Taxi India sangat unik, model lama, bodi kecil dan tidak ber AC tapi yang penting sangat murah. Perjalanan dari bandara Kolkata ke kota tempat penginapan dengan durasi hampir 1 jam hanya Rs 200 atau sekitar Rp 40.000 (Kurs Rs 1  = Rp 200).

Tempat penginapan di Sunflower Guesthouse selama di Kolkata. Guesthouse ini bersih dan nyaman lengkap dengan AC dan TV yang semua channel isinya berita seputar India, sinetron India dan gosip selebiriti bollywood.

Sewaktu sampai di Kolkata adalah hari terakhir festival Dewi Durga (dewi yang banyak lengannya), perayaan ini khusus dirayakan oleh orang Bengal. Rani Mukherji adalah orang Bengal jadi dia termasuk ikut mudik untuk perayaan ini. Biasanya boneka-boneka (ogoh-ogoh) dewi Durga akan dilarung ke sungai.

Esok harinya perjalanan di Kolkata dimulai. Jalanan di kolkata tidaklah sesibuk yang dibayangkan. Trotoar sangat lebar, ini juga yang bikin orang India termasuk kami senang berjalan kaki disana, hal yang sangat sulit dilakukan di Medan atau Indonesia. Kami sempat bertanya-tanya orang India yang hampir 1 milyar pada kemana ? Sistem transportasi di sana ternyata sangat bagus dan lengkap dan hampir ada ke semua jurusan (bus besar dan kereta api merk Tata produksi dalam negri), mobil pribadi jarang dan yang ada umunya buatan Tata, pemerintah India benar-benar menyediakan sarana yang lengkap bagi warganya dengan harga yang sangat terjangkau. Komuter adalah hal yang umum di sana. Dan bukan hanya bus, bajaj dan kereta api ternyata tram juga ada di Kolkata. Yang tidak nyaman (mungkin hal yang umum di kebanyakan di negara berkembang) yang punya mobil atau kendaraan sepertinya lebih merajai jalanan, sibuk klakson supaya orang minggir 😦

Tempat yang pertama yang kami kunjungi Victoria Memorial Park. 
Masuk dengan membeli tiket. Harga tiket masuk orang asing berbeda dengan harga tiket untuk lokal (lebih dari 10x lipat)

Esok harinya ke tempat yang sangat dikenal dunia jika mendengar nama Kolkata yaitu  Missionaries of Charity Mother Theresa. Tempatnya sederhana agak masuk gang. Masuk tidak bayar alias gratis. Hanya

diperbolehkan masuk ke ruangan Mother Theresa’s Tomb dan ruangan tentang perjalanan hidup Mother Theresa dan pelayanannya di Kolkata, sedangkan kamar Mother Theresa yang kecil dan sederhana ditutup dengan pintu besi tapi bisa dilihat dari luar.

Selama disana selain berjalan kaki biasanya kami naik taxi dengan terlebih dulu menanyakan harga pada sang supir. Soal makanan umumnya restoran menyediakan Nasi Briyani, Tika Ayam atau daging kambing, roti, kari  dan makanan vegetarian dan tak lupa minuman khas India Chai – teh susu dan Lassi – sejenis youghurt buatan sendiri. Hanya satu aja yang kami nggak tahan, sanitasi disana sepertinya bermasalah, lebih baik cari toilet sewaktu makan di restoran atau pulang ke penginapan dulu. Toko buku yang terkenal Oxford Book Strore bisa ditemui baik di Kolkata maupun Delhi. Buku yang dijual berbahasa Inggris, kalau yang cetakan India biasanya lebih murah.

Tidak seperti Indonesia dimana-mana ada mall, di Kolkata kami hanya menemukan satu saja bahkan di New Delhi tidak bisa kami temukan. Di India untuk membeli segala sesuatu ada di pasar, mau beli bumbu makanan, teh (yang ini jadi oleh-oleh), kosmetik, baju hingga toko Levis ada di pasar mereka sepertinya pemerintahnya masih memprotek usaha-usaha kerakyatan. Tidak ada Circle-K atau Indomart yang ada hanya kios-kios kecil.

VARANASI

Sebelum berangkat ke India sudah booking/beli tiket Kereta api dari web http://www.

cleartrip.com/trains/ , untuk tiket Kolkata-Varanasi yang kami beli status tiket masih waiting list dan akan muncul chart-nya 2 jam sebelum keberangkatan kereta api. Seandainya tiket tersebut kita batalkan, cancellation fee nya sangat kecil.Dua (2) jam sebelum jadwal keberangkatan kereta kami cek via sms dan balasan sms isinya nomor kursi/tempat tidur tiket (perjalanan malam hari 13 jam 45 menit naik Doon Express) dan table ini ditempel juga di papan jadwal dekat jalur kereta tersebut.

                                                       Suasana dalam kereta,

Tiba di Varanasi Jam 10.20 pagi dan dan dijemput oleh pihak penginapan Ganpati Guesthouse karena perjalanan berikutnya menuju penginapan harus lewat gang sempit yang kemudian membuat kami shock melihat kondisi di sekitar gang. Gangnya sendiri becek bercampur dengan kotoran terutama sapi dan air seni. Penginapan letaknya di tepi sungai Gangga. Makan siang di guesthouse, jalan-jalan sebentar dan malam harinya ada upacara di tepi sungai gangga.

Besok pagi hari jam 6.00 menyusuri sungai gangga dengan perahu yang sudah disewa. Setiap pagi selalu ada ritual mandi. Sungai gangga warnanya keruh, kotor atau tidak bagi penganut hindu India sungai Gangga itu suci. Aktifitas seperti mandi, cuci baju, mandikan sapi adalah hal yang biasa dilakukan di sungan Gangga.

Pembakaran jenazah juga dilakukan di tepi sungai, sewaktu kami lewat sedang ada pembakaran jenazah, tidak diperkenankan memotret kegiatan ini.

Siang harinya saya memutuskan untuk tinggal di guesthouse saja. Temanku pergi jalan-jalan sekitar varanasi dan mengunjungi universitas di sana. Gedungnya sangat sederhana, begitulah India yang lebih penting bagi mereka adalah fungsinya, buku-buku disana mudah ditemukan dan murah, kami tidak kesulitan menemukan toko buku Osxford di Kolkata dan Delhi. Buku bahasa Inggris yang dicetak di India harganya murah.
Ada nggak ya papan informasi di kampus Indonesia seperti ini ya 🙂
Sederhana tapi informatif.
AGRA
Perjalanan selanjutnya ke tempat yang paling terkenal di India bahkan sudah menjadi ikon wisata dunia India yaitu Taj Mahal. Perjalanan kereta malam dari Varanasi ke Agra sekitar 10 Jam. Tiket yang kami beli via  internet yang ada tempat tidurnya. Kereta ini akan stop di beberapa stasiun, di satu stasiun perhentian tiba-tiba kami terbangun, gerbong kami atau tepatnya ‘kompartemen’ kami dimasuki bapak-bapak berseragam tentara dan beberapa berbaju katun putih. Waktu itu aku pikir mereka sedang mencari teroris atau penjahat. Yang berbaju seragam ada kira-kira 4 orang lengkap dengan senapan laras panjang, seorang bapak tua beruban berpakaian baju katun putih duduk persis di tempat tidur kosong satu-satunya di kompartemen kami, sementara temanku yang tidur di atas tempat tidur si bapak serius memperhatikan koper si bapak di buka yang isinya baju katun putih khas pakaian lelaki India (sangat sederhana). Kompartemen kami isinya 6 tempat tidur, penghuninya 3 cewek Indonesia, 2 cewek Jepang, 1 bapak India. Kompartemen kereta India tidak mempunyai pintu hanya ditutupi kain gorden saja. Kembali ke rasa penasaran siapa gerangan yang masuk ke dalam kereta membuat kehebohan kecil ini, rasa was-was tidur sepanjang malam masih ada di benak saya, 2 orang berpakaian seragam berdiri persis di samping tempat tidurku. Esok harinya menjelang stasiun Agra, baru kami tahu kalau si Bapak tua adalah anggota kongres partainya Sonya Gandhi…oohhhhhhh. Setelah dipikir-pikir salut juga kami melihat kesederhanaan mereka, naik transportasi umum di antara penumpang biasa (mungkin sudah sengaja dicari kompartemen yang isinya cewek dan turis demi keamanan).
Temanku yang tempat tidurnya di atas tempat tidur Bapak kongres kami ledekin ‘ hebat juga ya tidur di atas tempat tidur anggota kongres India heheheh’.

Sampai di stasiun Agra Cantt, naik taksi menuju penginapan di daerah Agra. Pemilik taksi menawarkan perjalanan untuk mengantar ke Fatehpur Sikri, kami setuju untuk dijemput siang harinya. Guesthouse Sidharta tempat kami menginap sangat dekat dengan komplek Taj Mahal, cukup hanya berjalan beberapa menit saja. Setelah urusan check ini, makan siang dan menyerahkan baju untuk laundry selesai, kami melanjutkan perjalanan ke Fatehpur Sikri, perjalanan lebih dari 1 Jam, dilanjutkan naik bajaj ke arah atas ditemani guide.
Tempat ini sebagai pusat kerajaan Raja Mughal (kakeknya Syah Jehan pendiri Taj Mahal).
Besok paginya beli tiket masuk ke Taj Mahal Rs 750 kira-kira Rp 150 ribu, mahal juga ya untuk sekedar tapi melihat bangunan yang isinya hanya makam saja, tetapi cerita di balik pembangunan ini yang berkesan.

Pemerintah India sadar betul akan pamor Taj Mahal ini di dunia apalagi semenjak masuk menjadi 7 Keajaiban dunia, orang datang ke India tanpa melihat Taj Mahal rasanya tidak sah. Satu hari bisa ribuan yang datang mengunjungi tempat ini.

Kira-kira 2 km dari Taj Mahal terdapat Agra Fort tempat pemerintahan para mughal.
Di luar Agra fort banyak anak-anak menawarkan jualan foto-foto postcard Agra fort, Taj Mahal dan wista lainnya di India harganya antara Rs 10 – Rs 20.
Pulang ke guesthouse untuk istirahat dan sambil menunggu laundry baju kami diambil, kami berbincang-bincang dengan sang manager guesthouse, dia berasal dari daerah pinggiran India dan sudah bekerja hampir 20 tahun. Karena teman saya pakai kerudung, dia bertanya apa sebutannya kerudung di negara kami. Dia menunjukkan kalung benang merah yang menunjukkan kalo dia Hindu. Menurut sang manager, cara berpakaian India yang benar itu seperti yang ditunjukkan Sonia Gandhi, kepala tetap ditutupi dengan sari. Dan diakhir perbincangan dia menyanyikan lagu India…heheheheheh, isi liriknya sangat menarik tentang cewek berkerudung yang duduk di antara banyak laki-laki dan diam-diam memperhatikan para lelaki dari balik kerudungnya…ada-ada aja ya.
 
56 Comments

Posted by on February 23, 2012 in TRAVELLING

 

Tags: , , ,